CaraMelakukan Sujud Sajadah. 1) Para ulama bersepakat bahwa sujud sajadah cukup dengan sekali sujud. 2) Bentuk sujudnya sama dengan sujud dalam solat. 3) Tidak disyariatkan (berdasarkan pendapat yang paling kuat) untuk takbiratul ihram dan salam. Sujudtilawah disunahkan untuk dilakukan jika mendengar atau membaca ayat sajadah. Jika ingin melakukan sujud tilawah, maka berniat sujud tilawah kemudian bertakbir seperti takbiratul ihram dalam sholat. 2. Baca niat sujud tilawah. Adapun niat sujud tilawah, yaitu: "Nawaitu sujuuda taalaawati sunnattan lillaahi ta'aala" Niat(di dalam hati) Takbiratul ihram ; Sujud ; Duduk sesudah sujud (tanpa membaca tasyahud) Salam; Pada sujud syukur tidak disyaratkan wudhu, suci pakaian dan tempat, juga tidak disyaratkan adanya takbir dan menghadap kiblat. Walaupun demikian dianjurkan untuk bersih badan, pakaian dan tempat sebelum melaksanakan sujud syukur, dan menghadap Syaratsyarat sujud tilawah di luar shalat samsa dengan syarat shalat yaitu suci dari hadats dan najis, menutup aurat dan menghadap kiblat. Rukun-rukun sujud tilawah di luar shalat ada 7, yaitu : niat, takbirotul ihram, sujud, tuma'ninah, duduk, salam dan tertib. Tata cara sujud tilawah di luar shalat : berdiri lalu takbirotul ihram disertai Yangdimaksud takbiratul ihram adalah ucapan Allahu Akbar yang tidak bisa diganti dengan ucapan lain meskipun memiliki arti yang sama seperti Allahu A'dzam, Arrohmanu Akbar dsb. Sama seperti I'tidal, duduk di antara dua sujud termasuk rukun pendek dalam sholat.Memanjangkannya melebihi dzikir masyru' menyamai panjangnya tasyahhud dapat 13 Hendaklah orang yang membacanya mendengar sendiri semua huruf dalam takbiratul ihram. Jangan terlalu perlahan dan jangan pula terlalu kuat sehingga mengganggu orang lain. 14. Membacanya ketika waktu untuk solat yang ada waktu telah masuk. 15. Membaca dalam keadaan mengadap kiblat. 16. . Jakarta - Sujud tilawah berakar dari dua kata dasar bahasa Arab di mana sujud berarti tunduk dan merendahkan diri, sementara tilawah artinya membaca Al Quran. Hal ini berarti menurut buku Serba-Serbi Sujud Tilawah oleh Maharati Marfuah, Lc, sujud tilawah adalah sujud yang disebabkan karena membaca ayat Al lebih lengkapnya, sujud tilawah adalah sujud yang dikerjakan karena membaca atau mendengar bacaan ayat-ayat sajdah di dalam sholat maupun di luar sholat. Sujud tilawah disebut juga dengan sujud dari buku Step by Step Sukses Membaca Al-Qur'an dengan Tartil yang ditulis oleh Siti Pramitha Retno Wardhani. ayat sajdah itu merupakan ayat-ayat tertentu dalam Al Quran yang bila dibaca, maka disunnahkan bagi yang membaca dan mendengarkan untuk melakukan sujud tilawah. Ayat sajdah ini terdapat di beberapa surah dalam Al Quran di antaranya adalah pada salah satu ayat dalam surat Al A'raf, Ar Ra'd, An Nahl, Al Isra', Maryam, Al Furqan, An Naml, As Sajdah, Fussilat, An Najm, Al Insyiqaq, Al 'Alaq, serta surat Al Hajj yang memiliki dua ayat bagaimana bunyi bacaan dan tata cara melakukan sujud tilawah?Bacaan Sujud Tilawahسَجَدَ وَجْهِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَBacaan latin "Sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo sam'ahu, wa bashorohu bi khaulihi wa kuuwatihi fatabarakallahu ahsanul kholiqiin."Artinya "Wajahku bersujud kepada Dzat yang menciptakannya, yang membentuknya, dan yang memberi pendengaran dan penglihatan, Maha berkah Allah sebaik-baiknya pencipta," HR. Ahmad, Abu Dawud, Hakim, Tirmidzi, dan Nsa'iTata Cara Sujud TilawahBerikut ini tata cara sujud tilawah yang bisa dilakukan1. Di dalam SholatJika saat kita sholat dan membaca ayat sajdah, maka kita hendaknya langsung sujud tanpa melakukan rukuk dan i'tidal lebih dulu. Setelah membaca doa atau bacaan sujud tilawah selesai, sebaiknya kembali ke posisi berdiri seperti semula dan melanjutkan dalam sholat berjamaah makmum mendengar bacaan ayat sajdah dibacakan, maka makmum tidak boleh melakukan sujud tilawah jika imam tidak melakukannya. Sebaliknya, jika imam melakukannya, maka makmum harus ikut melakukannya Di Luar SholatSegeralah bertakbir lalu sujud sebanyak satu kali, kemudian bertakbir lagi untuk bangun dari sujud. Bisa juga langsung sujud sebagaimana sujud dalam sholat tanpa didahului dengan rukun-rukun sujud tilawah yang dilakukan di luar sholat seperti dikutip dari buku Panduan Salat Wajib dan Sunah karya Ustadz Muhammad Syafril adalah sebagai berikutRukun Sujud Tilawah1. Takbiratul ihram;2. Sujud; dan3. Salam setelah "Katakanlah "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman sama saja bagi Allah. Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi". Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'." QS. Al Isra 107-109.Dalam suatu riwayat hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabdaإِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِى يَقُولُ يَا وَيْلَهُ - وَفِى رِوَايَةِ أَبِى كُرَيْبٍ يَا وَيْلِى - أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِىَ النَّارُArtinya "Jika anak Adam membaca ayat sajdah lantas sujud, maka menyingkirlah setan sambil menangis dan berkata, "Celakalah diriku, ia Anak Adam diperintahkan sujud dan ia patuh lalu sujud, maka baginyalah surga. Sedang aku sendiri diperintahkan untuk bersujud namun aku menolak, maka untukku neraka." HR. Muslim, dan Ibnu Majah dalam Nashbur Roayah Volume 2 halaman 178.Riwayat lainnya yang menegaskan bahwa sujud tilawah hukumnya sunnah adalah saat hari Jumat, Umar bin Khattab pernah membacakan surah An Nahl hingga ayat sajdah, beliau turun untuk sujud dan diikuti oleh yang datang Jumat berikutnya, beliau pun membaca surat yang sama hingga pada ayat sajdah, beliau berkataيَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا نَمُرُّ بِالسُّجُودِ فَمَنْ سَجَدَ فَقَدْ أَصَابَ ، وَمَنْ لَمْ يَسْجُدْ فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِArtinya "Wahai sekalian manusia. Kita telah melewati ayat sajadah. Barangsiapa bersujud, maka dia mendapatkan pahala. Barangsiapa yang tidak bersujud, dia tidak berdosa." Kemudian 'Umar pun tidak bersujud." HR. Bukhari no. 1077.Itulah penjelasan lengkap mengenai sujud tilawah. Artinya alangkah lebih baiknya, saat mendengar ayat sajdah kita bisa melaksanakan sujud tilawah. nwy/nwy Seseorang mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan Allahu Akbar ketika memulai shalat, ini dinamakan takbiratul ihram. Takbiratul ihram termasuk rukun shalat, shalat tidak sah tanpanya. Dalil bahwa takbiratul ihram adalah rukun shalat adalah hadits yang dikenal sebagai hadits al musi’ shalatuhu, yaitu tentang seorang shahabat yang belum paham cara shalat, hingga setelah ia shalat Nabi bersabda kepadanyaارجِعْ فَصَلِّ فإنك لم تُصلِّ“Ulangi lagi, karena engkau belum shalat”Menunjukkan shalat yang ia lakukan tidak sah sehingga tidak teranggap sudah menunaikan shalat. Kemudian Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengajarkan shalat yang benar kepadanya dengan bersabdaإذا قُمتَ إلى الصَّلاةِ فأسْبِغ الوُضُوءَ، ثم اسْتقبل القِبْلةَ فكبِّر…“Jika engkau hendak shalat, ambilah wudhu lalu menghadap kiblat dan bertakbirlah…” HR. Bukhari 757, Muslim 397Menujukkan tata cara yang disebutkan Nabi tersebut adalah hal-hal yang membuat shalat menjadi sah, diantaranya takbiratul ulama mengatakan, dinamakan dengan takbiratul ihram karena dengan melakukannya, seseorang diharamkan melakukan hal-hal yang sebelumnya halal, hingga shalat selesai. Sebagaimana hadits,مفتاح الصلاة الطهور وتحريمها التكبير وتحليلها التسليم“Pembuka shalat adalah bersuci wudhu, yang mengharamkan adalah takbir dan yang menghalalkan adalah salam” HR. Abu Daud 618, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi DaudSebagaimana kita ketahui, ketika dalam keadaan shalat, kita diharamkan berbicara, makan, minum dan lain-lain hingga shalat mengganti ucapan Allahu Akbar?Ukuran suara takbirBagaimana takbirnya orang bisu?Mengangkat Kedua TanganBentuk Jari-Jari Dan Telapak TanganUkuran TinggiTakbir Dulu Atau Angkat Tangan Dulu?Bolehkah mengganti ucapan Allahu Akbar?Mengganti ucapan takbiratul ihram, misalnya dengan الله أجلُّ /Allahu Ajall/ atau الله أعظمُ /Allahu A’zham/ atau lafadz-lafadz lain, hukumnya haram, walaupun masih berupa lafadz pujian dan pengagungan terhadap Allah. Karena lafadz takbir itu tauqifiyyah, ditetapkan oleh dalil. Menggantinya dengan lafadz lain adalah perbuatan bid’ para ulama berselisih pendapat jika lafadz takbir menggunakan ucapan الله الأكبرُ /Allahul Akbar/. Sebagian ulama, semisal Imam Abu Hanifah dan Imam Asy Syafi’i, menganggapnya sah. Imam Syafi’i menyatakan bahwa alif lam dalam lafadz tersebut hanya tambahan tidak mengubah lafadz dan makna Shifatu Shalatin Nabi, 58. Demikian juga perihal mengganti lafadz Allahu Akbar dengan bahasa selain benar, semua itu menyelisihi sunnah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Tidak boleh mengganti lafadz takbir dengan selain الله أكبرُ. Karena hadits-hadits yang menyebutkan tentang lafadz takbir dalam shalat, disebutkan hanya lafadz الله أكبرُ. Misalnya haditsإنَّهُ لا تتمُّ صلاةٌ لأحدٍ منَ النَّاسِ حتَّى يتوضَّأَ فيضعَ الوضوءَ مواضعَهُ ثمَّ يقولُ اللَّهُ أَكبرُ“Tidak sempurna shalat seseorang sampai ia berwudhu, lalu ia membasuh air wudhu pada tempat-tempatnya, lalu ia berkata Allahu Akbar’” HR Abu Daud 857, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi DaudDan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabdaصلوا كما رأيتموني أصلي“Shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat” HR. Bukhari 631, 5615, 6008Adapun bagi orang non-arab yang kesulitan atau tidak bisa melafalkan takbir, sebagian ulama seperti Syafi’iyyah, Hanabilah, Abu Yusuf membolehkan pelafalan takbir dengan bahasa lain. Sebagian ulama seperti Malikiyyah dan Al Qadhi Abu Ya’la berpendapat bahwa gugur baginya kewajiban takbiratul suara takbirTakbiratul ihram itu wajib diucapkan dengan lisan, tidak boleh hanya diucapkan di dalam hati. Lalu para ulama berselisih pendapat apakah dipersyaratkan suara takbir minimal dapat didengar oleh diri sendiri atau tidak. Sebagian ulama seperti Hanabilah mempersyaratkan demikian, yaitu suara takbir dapat didengar oleh sebelahnya atau minimal dapat didengar oleh si pengucap sendiri Syarhul Mumthi’, 3/20. Namun yang rajih, hal ini tidak dipersyaratkan. Syaikh Al Utsaimin mengatakan “Yang benar, tidak dipersyaratkan seseorang dapat mendengar suara takbirnya. Karena terdengarnya takbir itu zaaid objek eksternal dari pengucapan. Maka bagi yang meng-klaim bahwa hal ini diwajibkan, wajib mendatangkan dalil” Syarhul Mumthi’, 3/20.Bagaimana takbirnya orang bisu?Orang bisu atau orang yang memiliki gangguan fisik sehingga tidak bisa berkata-kata, maka ia cukup bertakbir di dalam hati. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan “Karena perkataan Allahu Akbar itu mencakup ucapan lisan dan ucapan hati. Tidaklah lisan seseorang mengucapkan Allahu Akbar kecuali pasti hatinya mengucapkan dan memaksudkannya dalam hati. Sehingga jika seseorang terhalang untuk mengucapkannya, yang wajib baginya adalah cukup dengan mengucapkan dengan hatinya” Syarhul Mumthi’, 3/20Namun para ulama berbeda pendapat apakah orang tersebut harus menggerakan bibirnya sambil mengucapkan di dalam hati? Sebagian ulama seperti Syafi’iyyah tetap mewajibkan menggerakkan bibir, karena yang dinamakan al qaul dalam bahasa arab, itu disertai dengan gerakan bibir. Dan jika seseorang terhalang untuk bertakbir secara sempurna, maka wajib baginya bertakbir sesuai kemampuan yang ia miliki, termasuk menggerakkan bibir. Sebagian ulama seperti Malikiyyah, Hanabilah dan Hanafiyyah tidak mewajibkan, karena gerakan bibir bukanlah tujuan namun sarana atau wasilah untuk mengucapkan takbir. Sehingga ketika seseorang terhalang untuk melakukan pengucapan, maka gugur pula sarananya. Dan sekedar gerakan bibir itu tidak teranggap dalam syari’at Syarhul Mumthi’, 3/20, Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah, 19/92.Mengangkat Kedua TanganPara ulama bersepakat bahwa disyar’iatkan mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram. Dalilnya haditsأنَّ النبيَّ صلّى الله عليه وسلّم كان يرفعُ يديه حذوَ مَنكبيه؛ إذا افتتح الصَّلاةَ، وإذا كبَّرَ للرُّكوع، وإذا رفع رأسه من الرُّكوع“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya ketika memulai shalat, ketika takbir untuk ruku’ dan ketika mengangkat kepada setelah ruku’, beliau mengangkat kedua tangannya setinggi pundaknya” HR. Bukhari 735Namun mereka berselisih pendapat mengenai hukumnya. Sebagian ulama mengatakan hukumnya wajib, seperti Al Auza’i, Al Humaidi, Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim. Dalil mereka adalah karena hadits-hadits menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam selalu mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram. Sedangkan beliau bersabdaصلوا كما رأيتموني أصلي“Shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat”Namun pendapat ini tidak tepat, karena banyak tata cara shalat yang beliau selalu lakukan seperti duduk tawarruk, duduk iftirasy, berdoa istiftah, dll namun tidak wajib hukumnya. Bahkan ini semua tidak dinilai wajib oleh ulama yang mewajibkan mengangkat tangan ketika takbiratul ihram. Sehingga ada idthirad kegoncangan dalam pendapat ini. Yang benar, Ibnul Mundzir telah menukil ijma ulama bahwa mengangkat tangan ketika takbiratul ihram itu hukumnya sunnah Shifatu Shalatin Nabi, 63-67.Bentuk Jari-Jari Dan Telapak TanganJari-jari direnggangkan, tidak terlalu terbuka dan juga tidak dirapatkan. Berdasarkan hadits كان إذا قام إلى الصلاة قال هكذا – وأشار أبو عامر بيده ولم يفرج بين أصابعه ولم يضمها “Biasanya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika shalat beliau begini, Abu Amir perawi hadits mengisyaratkan dengan gerakan tangannya, beliau tidak membuka jari-jarinya dan tidak merapatkannya” HR. Ibnu Khuzaimah 459, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni KhuzaimahUntuk telapak tangan, sebagian ulama seperti Ibnul Qayyim, At Thahawi, Abu Yusuf dan sebagian besar Hanabilah menganjurkan mengarahkan telapak tangan lurus ke arah kiblat ketika mengangkat kedua tangan, berdalil dengan hadits إذا استفتح أحدُكم الصلاةَ فليرفع يديْهِ ، وليستقبل بباطنِهما القِبلةَ“Jika salah seorang kalian memulai shalat hendaklah mengangkat kedua tangannya, lalu hadapkan kedua telapak tangannya ke arah kiblat” HR. Al Baihaqi dalan Sunan Al Kubra 2/27, dalam Silsilah Adh Dha’ifah 2338 Al Albani berkata “dhaif jiddan”Dan ada beberapa hadits yang semakna namun tidak ada yang shahih. Adapun hadits dari Wa’il bin Hujr radhiallahu’anhuلأنظرن الى صلاة رسول الله صلى الله عليه و سلم قال فلما افتتح الصلاة كبر ورفع يديه فرأيت إبهاميه قريبا من أذنيه“Sungguh aku menyaksikan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam shalat, ketika beliau memulai shalat beliau bertakbir lalu mengangkat kedua tangannya sampai aku melihat kedua jempolnya dekat dengan kedua telinganya” HR. An Nasa-i 1101, dishahihkan Al Albani dalam Sunan An Nasa-ibukan merupakan dalil yang sharih akan perbuatan ini. Namun memang terdapat atsar shahih dari Ibnu Umar radhiallahu’anhuانه كان اذا كبر استحب ان يستقبل بإبهامه القبلة“Ibnu Umar biasanya ketika bertakbir beliau menyukai menghadapkan kedua ibu jarinya ke arah kiblat” HR. Ibnu Sa’ad dalam Ath Thabaqat 4/157, dinukil dari Shifatu Shalatin Nabi, 63Sebagian ulama berdalil dengan keumuman keutamaan menghadap kiblat di luar dan di dalam ibadah. Diantaranya seperti ayatقَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ“Sungguh Kami sering melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya” QS. Al Baqarah 144Juga hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallamالبيتِ الحرامِ قبلتِكم أحياءً وأمواتًا“Masjidil Haram adalah kiblat kalian ketika hidup maupun ketika mati” HR. Abu Daud 2875Hadits ini diperselisihkan keshahihannya dan secara umum ini adalah pendalilan yang tidak sharih tegas. Oleh karena itu, yang rajih insya Allah, mengarahkan kedua telapak tangan ke kiblat ketika takbiratul ihram itu boleh dilakukan sebagaimana perbuatan Ibnu Umar radhiallahu’anhu namun tidak sampai disunnahkan Shifatu Shalatin Nabi, 63-66.Ukuran TinggiKedua tangan diangkat setinggi pundak atau setinggi ujung telinga. Berdasarkan haditsكان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلمَ إذا قام إلى الصلاةِ يرفعُ يديه حتى إذا كانتا حذوَ مِنكَبيه“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika shalat beliau mengangkat kedua tangannya sampai setinggi pundaknya” HR. Ahmad 9/28, Ahmad Syakir mengatakan “sanad hadits ini shahih”Juga haditsكانَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم إذا افتتحَ الصلاةَ رفع َيدَيهِ حتى تكوناَ حَذْوَ أُذُنَيهِ“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika memulai shalat beliau mengangkat kedua tangannya sampai setinggi kedua telinganya” HR. Al Baihaqi 2/26Juga hadits dari Malik bin Huwairits radhiallahu’anhu أنه رأى نبي الله صلى الله عليه وسلم . وقال حتى يحاذي بهما فروع أذنيه “Ia melihat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam shalat, ia berkata tangannya diangkat sampai setinggi pangkal telinganya” HR. Muslim 391, Abu Daud 745Ini adalah khilaf tanawwu’ perbedaan variasi, maka seseorang boleh memilih salah satu dari cara yang ada. Bahkan yang lebih utama terkadang mengamalkan yang satu dan terkadang mengamalkan yang lain, sehingga masing-masing dari sunnah ini tetap lestari dan diamalkan ulama memperinci ukuran tersebut, yaitu bagian bawah telapak tangan setinggi pundak, atau bagian atas telapak tangan setinggi pangkal telinga. Namun yang tepat, dalam hal ini perkaranya luas, yang mengangkat kedua telapaknya tangan sampai sekitar pundak atau sampai sekitar telinga tanpa ada batasan tertentu itu sudah melakukan yang disunnahkan oleh Nabi lihat Syarhul Mumthi, 3/31. Adapun praktek sebagian orang yang meyakini bahwa kedua telapak tangan harus menyentuh daun telinga, ini tidak ada asalnya sama sekali Shifatu Shalatin Nabi, 63.Takbir Dulu Atau Angkat Tangan Dulu?Menurut Malikiyyah dan Syafi’iyyah, takbir berbarengan dengan mengangkat tangan. Sedangkan Hanafiyyah dan salah satu pendapat Syafi’iyyah, mengangkat tangan itu sebelum takbir. Sebagian ulama Hanafiyah juga berpendapat mengangkat tangan itu setelah takbir. Yang benar, perkara ini masih bisa ditolerir, artinya boleh mengangkat tangan dahulu sebelum takbir, boleh setelah takbir dan dibolehkan juga berbarengan dengan takbir. Karena semua ini pernah dipraktekkan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam Ashlu Sifati Shalatin Nabi, 193-199.Dalil sebelum takbirHadits dari Ibnu Umar radhiallahu’anhuكان رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا قام إلى الصلاة؛ رفع يديه حتى تكونا حذو منكبيه ثم كبَّر“Pernah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika shalat beliau mengangkat kedua tangannya sampai keduanya setinggi pundak, lalu bertakbir” HR. Muslim 390Hadits dari Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu’anhuكان رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا قام إلى الصلاة؛ يرفع يديه حتى يحاذي بهما منكبيه، ثميكبر“Pernah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika shalat beliau mengangkat kedua tangannya sampai keduanya setinggi pundak, lalu bertakbir” HR. Abu Daud 729 dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi DaudDalil bersamaan dengan takbirHadits dari Ibnu Umar Radhiallahu’anhuرأيت النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افتتح التكبير في الصلاة، فرفع يديه حين يكبر حتى يجعلهماحذو منكبيه، وإذا كبَّر للركوع؛ فعل مثله“Aku melihat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memulai shalatnya dengan takbir. Lalu beliau mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir hingga keduanya setinggi pundak. Jika beliau hendak ruku, beliau juga melakukan demikian” HR. Bukhari 738Hadits Malik Ibnul Huwairits radhiallahu’anhuأن رسول الله كان إذا صلى ، يرفع يديه حين يكبر حيال أذنيه ، وإذا أراد أن يركع ، وإذا رفع رأسه من الركوع“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika shalat beliau mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir hingga sampai setinggi kedua telinganya. Beliau lakukan itu juga ketika hendak ruku’ atau hendak mengangkat kepada dari ruku’” HR. An Nasa-i 879, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan Nasa-iDalil setelah takbirHadits dari Abu Qilabah,أنه رأى مالك بن الحويرث ، إذا صلى كبر . ثم رفع يديه . وإذا أراد أن يركع رفع يديه . وإذا رفع رأسه من الركوع رفع يديه . وحدث ؛ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يفعل هكذا“Ia melihat Malik bin Al Huwairits radhiallahu’anhu jika shalat ia bertakbir, lalu mengangkat kedua tangannya. Jika ia ingin ruku, ia juga mengangkat kedua tangannya. Jika ia mengangkat kepala dari ruku, juga mengangkat kedua tangannya. Dan ia pernah mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga melakukan seperti itu” HR. Muslim 391Semoga yang sedikit ini Shalatin Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, Syaikh Abdul Aziz bin Marzuq Ath Tharifi, cetakan Maktabah Darul MinhajAsy Syarh Al Mumthi’ Ala Zaadil Mustaqni, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Asy SyamilahAl Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyyah, Kementrian Agama Kuwait, Asy SyamilahAshlu Shifati Shalatin Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Asy Syamilah—Penulis Yulian PurnamaArtikel Takbirotul Ihrom dan Takbirotul Intiqol perbedaan takbirotul ihram Ilustrasi perempuan muslimah sedang sholat Hexa R/IslamidotcoTidak selamanya pertanyaan sederhana mudah dijawab. Tak ubahnya seperti pertanyaan terkait perbedaan takbirotul ihram dan takbir yang lain. Mengapa takbir di awal shalat dinamakan takbirotul ihrom, sedangkan takbir yang lain hanya disebut sebagai takbir saja? Padahal kalimatnya berbunyi sama; Allahu Akbar?Dalam istilah shalat ada dua macam takbir, takbirotul Ihram dan takbirotul intiqal. Takbirotul Ihram adalah takbir yang dibaca pada permulaan shalat. Sedangkan takbirotul intiqal adalah takbir yang dibaca ketika berpindah dari satu rukun fi’li gerakan shalat ke lain rukun fi’ secara filosofis takbirotul ihrom menjadi bacaan penggaris yang menjadi penyebab diharamkannya sesuatu yang tadinya dihalalkan. Artinya, apa-apa yang diperbolehkan sebelum pembacaan takbir, menjadi haram ketika takbir itu telah dibacakan. Misalanya, makan dan berbicara adalah dua hal yang diperbolehkan, tetapi ketika kita sudah membaca takbiratul ihrom di awal shalat makan dan berbicara itu menjadi yang diterangkan dalam Hasyiaytul Bajuriوقوله تكبيرة الاحرام أى تكبيرة سبب فى تحريم ماكان حلالا له قبل كالأكل والشرب ونحوهما Takbirotul ihrom artinya takbir yang menjadi sebab haramnya sesuatu yang tadinya dihalalkan, seperti makan, minum dan sebagainya. Takbiratul ihram dalam sujud tilawah termasuk? Rukun Syarat Sunnah Wajib Semua jawaban benar Jawaban yang benar adalah A. Rukun. Dilansir dari Ensiklopedia, takbiratul ihram dalam sujud tilawah termasuk Rukun. [irp] Pembahasan dan Penjelasan Menurut saya jawaban A. Rukun adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google. Menurut saya jawaban B. Syarat adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. [irp] Menurut saya jawaban C. Sunnah adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain. Menurut saya jawaban D. Wajib adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan. [irp] Menurut saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain. Kesimpulan Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah A. Rukun. [irp] Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.

takbiratul ihram dalam sujud tilawah termasuk